Minggu, 09 April 2023

Seri Kesepuluh - Pernyataan Menuntut Kenyataan -


Dalam beberapa ayat yang disebut aamanuu, teriring pula kata wa ‘amilush-shaalihat. Kenapa? Karena Islam bukan agama kebatinan yang cukup di batin saja. Islam juga bukan agama lisan, yang cukup hanya diucapkan saja. Islam adalah agama amal yang dilandasi oleh suatu keyakinan yang utuh.

 

Membuktikan kebenaran syahadat tidak sebatas penyataan saja. Pernyataan itu hendaknya tidak hanya di bibir, tetapi harus wujud dalam amal nyata, berupa amal shalih.

Itulah sebabnya dalam beberapa ayat yang di sana disebut ‘aamanuu, teriring pula kata wa ‘amilush shaalihat. Kenapa? Karena Islam bukan agama kebatinan yang cukup dibatin saja. Islam juga bukan agama lisan, yang cukup hanya diucapkan saja. Islam adalah agama amal yang dilandasi oleh suatu keyakinan yang utuh.

Sebagaimana pada pembahasan sebelumnya, syahadat adalah sumber kekuatan yang dahsyat. Ia merupakan letupan yang menyemburkan berbagai energi. Karenanya tidak mungkin hanya sebatas pernyataan saja. Ia harus melahirkan karya nyata.

Ia bukan sembarang kerja, tidak asal beramal nyata di lapangan. Selain serius bekerja, harus nampak pula nilai tambahnya. Harus terasa kalau kekuatan yang mendorongnya adalah iman. Karenanya dituntut untuk mengadakan terobosan-terobosan yang menakjubkan, minimal melampaui ukuran biasa.

Program kerja yang dimunculkannya tidak sekedar muncul lnatas hilang dari peredaran. Kelangsungannya tidak terputus-putus, tapi berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari satu masa ke masa berikutnya, dan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Sehingga terlihat kalau kekuatan yang memotorinyatak kunjung habis. Itulah kekuatan iman. Ada dana atau tidak tetap harus jalan. Ada fasilitas atau tidak ada tetap harus gerak, apapun dan bagaimanapun bentuknya.

Bila iman betul-betul sudah merasuk ke dalam hati, akan terasa sulit untuk diam, meski hanya beberapa saat. Ia yang kerasukan iman punya kepedulian yang cukup besar. Ua akan sibuk mengurusi orang-orang di sekitarnya. Baginya, apasaja yan gada di sekitarnya menarik perhatiannya. Yang baik akan didukung, yang salah diperbaiki dan dibenahi untuk dapat disempurnakan lebih baik lagi.

Bagaimanapun buruknya situasi dan kondisi, ia akan terus bekerja dan berkarya. Tidak ada alasan untuk berhenti. Diintipnya setiap peluang, betapapun kecilnya. Bahkan kalau perlu ia sendiri yang mengusahakan adanya peluang tersebut, entah dengan cara apa. Maklumlah, iman sebagai sesuatu kekuatan akan terus bergerak menuju sasaran menurut posisinya sendiri. Tidak ada alasan untuk mengeluh, sebab mengeluh itu bukan bahasa iman. Keluhan itu pantangan bagi orang yang sudah menyatakan beriman. Tabu.

Sifat orang yang beriman adalah optimis. Dalam kondisi yang sejelek apapun, dia tetap punya harapan. Sebab wujud iman adalah keyakinan akan keberadaan Allah yang Maha Kuasa, yang Maha Pemurah, yang Maha Tahu Segalanya. Karenanya tidak ada yang perlu dikeluhkan, sebab Allah tetap berkuasa begaiamanapun dan betapapun jeleknya keadaan. Sehingga ia yakin setiap saat bisa saja terjadi kejutan dan keajaiban bila Allah Subhanahu wa ta’ala sudah menghendaki. Cukup bagi-Nya berkata kun, maka jadilah apa yang dikehendaki.

Tugas manusia hanya mengundang perkenan-Nya saja. Bukan berarti tanpa usaha, sebab Allah akan berkenan memberikan sesuatu kepada kita tergantung amal usaha yang telah kita laksanakan. Akan tetapi harus diyakini bahwa bukan amal usaha itu yang menentukan berhasil tidaknya, tapi tetap Allah lah yang menentukan segala-galanya. Mana yang paling baik bagi Allah itulah yang terjadi. Manusia tidak lebih tahu dari-Nya. Manusia paling hanya bisa menduga-duga, namun Akkah jua yang menentukannya. Itulah sebabnya, seorang mu’min tidak dibenarkan menolak tugas hanya karena sulit dan berat menurut perkiraannya.

Yang perlu dilakukan ialah terus meningkatkan kualitas imannya untuk kemudian tampil menantang diri mencari tugas dan tanggung jawab. Dituntut satu keberanian untuk melakukan uji coba sejauh mana kekuatan iman yang sudah dimilikinya. Kita harus berani mengukur sejauh mana iman kita dapat memberi daya dukung dalam melakukan terobosan dan kejutan.

Kalau perlu pekerjaan yang dikatakan orang mustahil dapat kita selesaikan, kita jadikan tantangan untuk mewujudkannya bila itu akan mendatangkan kemaslahatan bagi umat dan misi perjuangan itu sendiri. Justru pekerjaan – pekerjaan menantang itulah yang akan dapat mengantarkan kita merasakan nikmatnya iman, melalui bantuan Allah, Ijabah do’a, keterlibatan tentara Allah atau malaikat-Nya.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seri Kesepuluh - Pernyataan Menuntut Kenyataan -

Dalam beberapa ayat yang disebut aamanuu, teriring pula kata wa ‘amilush-shaalihat. Kenapa? Karena Islam bukan agama kebatinan yang cukup di...