Dalam beberapa
ayat yang disebut aamanuu, teriring pula kata wa ‘amilush-shaalihat. Kenapa?
Karena Islam bukan agama kebatinan yang cukup di batin saja. Islam juga bukan
agama lisan, yang cukup hanya diucapkan saja. Islam adalah agama amal yang dilandasi
oleh suatu keyakinan yang utuh.
Membuktikan
kebenaran syahadat tidak sebatas penyataan saja. Pernyataan itu hendaknya tidak
hanya di bibir, tetapi harus wujud dalam amal nyata, berupa amal shalih.
Itulah sebabnya
dalam beberapa ayat yang di sana disebut ‘aamanuu, teriring pula kata wa
‘amilush shaalihat. Kenapa? Karena Islam bukan agama kebatinan yang cukup
dibatin saja. Islam juga bukan agama lisan, yang cukup hanya diucapkan saja.
Islam adalah agama amal yang dilandasi oleh suatu keyakinan yang utuh.
Sebagaimana pada
pembahasan sebelumnya, syahadat adalah sumber kekuatan yang dahsyat. Ia
merupakan letupan yang menyemburkan berbagai energi. Karenanya tidak mungkin
hanya sebatas pernyataan saja. Ia harus melahirkan karya nyata.
Ia bukan sembarang kerja,
tidak asal beramal nyata di lapangan. Selain serius bekerja, harus nampak pula
nilai tambahnya. Harus terasa kalau kekuatan yang mendorongnya adalah iman.
Karenanya dituntut untuk mengadakan terobosan-terobosan yang menakjubkan,
minimal melampaui ukuran biasa.
Program kerja yang
dimunculkannya tidak sekedar muncul lnatas hilang dari peredaran.
Kelangsungannya tidak terputus-putus, tapi berkesinambungan dari satu tahap ke
tahap berikutnya, dari satu masa ke masa berikutnya, dan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya. Sehingga terlihat kalau kekuatan yang memotorinyatak
kunjung habis. Itulah kekuatan iman. Ada dana atau tidak tetap harus jalan. Ada
fasilitas atau tidak ada tetap harus gerak, apapun dan bagaimanapun bentuknya.
Bila iman
betul-betul sudah merasuk ke dalam hati, akan terasa sulit untuk diam, meski
hanya beberapa saat. Ia yang kerasukan iman punya kepedulian yang cukup besar.
Ua akan sibuk mengurusi orang-orang di sekitarnya. Baginya, apasaja yan gada di
sekitarnya menarik perhatiannya. Yang baik akan didukung, yang salah diperbaiki
dan dibenahi untuk dapat disempurnakan lebih baik lagi.
Bagaimanapun
buruknya situasi dan kondisi, ia akan terus bekerja dan berkarya. Tidak ada
alasan untuk berhenti. Diintipnya setiap peluang, betapapun kecilnya. Bahkan
kalau perlu ia sendiri yang mengusahakan adanya peluang tersebut, entah dengan
cara apa. Maklumlah, iman sebagai sesuatu kekuatan akan terus bergerak menuju
sasaran menurut posisinya sendiri. Tidak ada alasan untuk mengeluh, sebab
mengeluh itu bukan bahasa iman. Keluhan itu pantangan bagi orang yang sudah
menyatakan beriman. Tabu.
Sifat orang yang
beriman adalah optimis. Dalam kondisi yang sejelek apapun, dia tetap punya
harapan. Sebab wujud iman adalah keyakinan akan keberadaan Allah yang Maha
Kuasa, yang Maha Pemurah, yang Maha Tahu Segalanya. Karenanya tidak ada yang
perlu dikeluhkan, sebab Allah tetap berkuasa begaiamanapun dan betapapun
jeleknya keadaan. Sehingga ia yakin setiap saat bisa saja terjadi kejutan dan
keajaiban bila Allah Subhanahu wa ta’ala sudah menghendaki. Cukup
bagi-Nya berkata kun, maka jadilah apa yang dikehendaki.
Tugas manusia hanya
mengundang perkenan-Nya saja. Bukan berarti tanpa usaha, sebab Allah akan
berkenan memberikan sesuatu kepada kita tergantung amal usaha yang telah kita
laksanakan. Akan tetapi harus diyakini bahwa bukan amal usaha itu yang
menentukan berhasil tidaknya, tapi tetap Allah lah yang menentukan
segala-galanya. Mana yang paling baik bagi Allah itulah yang terjadi. Manusia
tidak lebih tahu dari-Nya. Manusia paling hanya bisa menduga-duga, namun Akkah
jua yang menentukannya. Itulah sebabnya, seorang mu’min tidak dibenarkan
menolak tugas hanya karena sulit dan berat menurut perkiraannya.
Yang perlu
dilakukan ialah terus meningkatkan kualitas imannya untuk kemudian tampil
menantang diri mencari tugas dan tanggung jawab. Dituntut satu keberanian untuk
melakukan uji coba sejauh mana kekuatan iman yang sudah dimilikinya. Kita harus
berani mengukur sejauh mana iman kita dapat memberi daya dukung dalam melakukan
terobosan dan kejutan.
Kalau perlu
pekerjaan yang dikatakan orang mustahil dapat kita selesaikan, kita jadikan
tantangan untuk mewujudkannya bila itu akan mendatangkan kemaslahatan bagi umat
dan misi perjuangan itu sendiri. Justru pekerjaan – pekerjaan menantang itulah
yang akan dapat mengantarkan kita merasakan nikmatnya iman, melalui bantuan
Allah, Ijabah do’a, keterlibatan tentara Allah atau malaikat-Nya.
Bersambung.