Rabu, 01 Februari 2023

Seri Kedelapan - Me-landing-kan Syahadat

 


Memperjuangkan tegaknya kebenaran dan lestarinya kalimah La Ilaha Illallah, memang tidak sedikit rintangan dan kendalanya, tapi kita harus yakin bahwa “kemenangan ‘ pasti akan dianugerahkan kepada kita. Asal kita tetap konsisten atas dukungan keyakinan yang berkualitas tinggi.

                Sejarah telah mencatat, dengan kalimat la ilaha illallah sebagai titik tolak, senjata dan benteng pertahanan, nabi-nabi, rasul-rasul dan para pengemban misi al haq telah meraih keberhasilan luar biasa dari kurun ke kurun. Dan menegakkan panji-panji kemengangan di relung-relung kalbu manusia.

                Kendatipun perjalanan menuju kemenangan itu harus ditandai dengan bilur-bilur penderitaan dan pengorbanan yang tiada terperi dalam bentuk yang sangat bervariasi.

Nabi Nuh harus bersabar mengarungi samudera perjuangan yang diwarnai cai-maki, olokan dan teror mental lainnya selama sembilan setengah abad.

                Nabi Ibrahim, dituntuk memiliki mental baja mengahadapi Namruz. Juga tidak sepi dari caci maki dan berbagai teror mental. Terakhir tidak boleh tidak, Ibrahim harus menjalani eksekusi raja Namruz, diterjunkan ke tengah-tengah lautan api.

                Nabi Luth. Begitu berat beban tanggung jawab kerasulan yang dipikulnya. Sementara umatnya terlibat dalam perbuatan mesum: homo seksual. Kepalanya pusing dan nafasnya terasa sesak; segala macam cara telah ditempuh untuk menghentikan perbuatan yang mengundang laknat Allah itu, taou tak kunjung berhasil. Lebih fatal lafi karena ternyata sang istri main selingkuh di balik layar dan memberi angin kepada umatnya untuk menggalakkan pelanggaran itu.

                Nabi Yusuf. Manusia termolek di dunia ini harus tabah mendekam dalam penjara bertahun-tahun oleh raja yang tengah berkuasa. Ulah sang first lady yang oleh karena tidak berhasil mempengaruhi yusuf untuk melampiaskan nafsu birahinya, lalu ia membalik keadaan; menuduh yusuf ingin merusak kehormatannya.

Nabi Musa. Menjadi buronan untuk dihabisi nyawanya. Karena Fir’aun penguasa yang hiper sombong itu telah mulai melihat pada diri Musa adanya gejala yang tidak menolong. Terakhir dikejar dan dikepung hingga terpepet ke tepi pantai yang secara pandangan lahiriah, Musa bersama pengikutnya sudah harus terkubur semua.

                Nabi Sulaiman. Lain lagi tantangan yang dihadapinya. Dia harus mampu mengendalikan diri di atas limpahan harta dan kekuasaan. Mampukah dia bersyukur dengan karunia itu? Atau lupa daratan? Inilah perjuangan berat yang dihadapinya setiap saat.

                Demikian halnya dengan nabi-nabi yang lain sampai kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Ternyata memperjuangkan landing-nya kalimat laa ilaha illallah ini di atas pelataran kehidupan manusia tidaklah mulus. Namun satu hal yang pasti bahwa kemenangan terakhir selalu jatuh di tangan penegak misi al-haq. Semua kubu pertahanan tirani dan pilar-pilar kebatilan runtuh satu demi satu digebrak oleh kebenaran yang dibawa pejuang -pejuang Allah subhanahu wa ta’ala itu.

                Kemenangan Nabi Nuh ditandai dengan datangnya banjir besar yang menyebabkan penantang-penantangnya tertelan gelombang yang menggulung setinggi gunung.

                Nabi Ibrahim mendapatkan kemenangan justru pada saat dibakar itu. Manusia-manusia yang tadinya terpaku dan gentar atas kekejaman Namruz, membelot kepada Ibrahim melihat kekuasaan Allah yang terdemonstrasikan di depan mata mereka. Mulai saat itu raja yang dhalim itu tidak bisa lagi berbuat apa-apa.

                Nabi Luth, mendapatkan kemenangannya berupa pertolongan Allah dengan gempa dahsyat yang membalik negeri tempat berpijak kaum durhaka itu, justru pada saat Sang Rasul itu sudah kehabisan akal dan cara.Nabi Yusuf, memperoleh kemenangan besarnya setelah meringkuk bertahun -tahun dalam penjara dan diisolasi oleh penguasa dengan beralihnya kekuasaan dan palu kepemimpinan ke tangannya.

                Nabi Musa menyaksikan di depan matanya bagaimana Fir’aun tenggelam bersama pendukung-pendukungnya di laut merah saat mengejar musa dan pengikut-pengikutnya karena nafsunya yang ingin menghabisi riwayatnya.

                Demikianlah halnya Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersama sahabat-sahabatnya. Sulit sekali diterima oleh akal kalau kemenangan dalam bentuk peralihan kekuasaan dapat dicapai, mengingat kondisi Nabi di kala memulai langkah perjuangannya. Tapi kenyataan berkata bahwa kemenangan memang betul-betul dapat diraih dan diraup.

                Nabi Sulaiman menaikkan bendera kemenangan mengemban risalahnya karena berhasil lolos dari godaan harta yang menyebabkan banyak orang terjerembab.

                Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam memerlukan waktu 13 tahun di Makkah untuk memantapkan kalimat Laa ilaha Illallah hingga merasuk ke relung kalbu; mendominasi denyutan jantung dan aliran darah serta dengusan napas. Barulah setelah itu Nabi berani berhijrah untuk memulai suatu era baru dalam perjuangan.

                Dan kita harus syukuri bahwa kemenangan yang dijanjikan ituu pelan-pelan diberikan kendatipun bentuknya tidak persis seperti yang diperoleh pejuang-pejuang yang menhadului kita karena bentuk kemenangan itu sangat bervariasi sebagaimana variasinya bentuk pengorbanan yang diberikan.

                Di pondok pesantren Hidayatullah, kami mencoba sekuat kemampuan untuk me-landing-kan kalimat Laa ilaha Illallah ini di hati warga, lalu dengan segala susah payah kami mencoba mengaplikasikan dalan kehidupan keseharian mereka. Alhamdulillah, rasanya kufur nikmat kalau tidak mensyukuri hasilnya.

                Kami telah mulai merasakan betapa indah sebenarnya Islam ini dibalik kesulitan demi kesulitan yang menyertainya. pelan-pelan sudah mulai dapat dibuktikan bahwa janji-janji  Allah Subhanahu wa ta’ala itu memang bukan sekedar panji; bukan sekedar statemen tanpa makna.

                Kami sudah memiliki keberanian menyatakan bahwa: nyatakan tiada Tuhan selain Allah, pasti menang. Karena bukti-bukti telah dapat kita tunjukkan, kendatipun belum seberapa.

Seri Kesepuluh - Pernyataan Menuntut Kenyataan -

Dalam beberapa ayat yang disebut aamanuu, teriring pula kata wa ‘amilush-shaalihat. Kenapa? Karena Islam bukan agama kebatinan yang cukup di...