Selasa, 01 November 2022

Seri Keenam - Dengan Syahadat Menjaring Potensi Ummat

 


Syahadat mampu menjalin, menjaring dan mengikat potensi yang berserakan menjadi satu potensi yang riil dan kongkrit. Bahkan tidak berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa kelemahan yang ada, bisa disulap menjadi satu kekuatan dengan syahadat.

               Syahadat mampu menjalin, menjaring dan mengikat potensi yang berserakan menjadi satu potensi yang riil dan kongkrit. Bahkan tidak berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa kelemahan yang ada, bisa disulap menjadi satu kekuatan dengan syahadat.

               Aneh memang kedengarannya, tetapi sesunggunhnya nyata. Ajaib memang, tetapi begitulah Islam sesungguhnya.

               Bukankah sejarah telah berbicara sekian lama, semenjak awal kehadiran Nabiyullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wasallam dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya, menjadi saksi nyata yang mendukung keajaiban itu, walaupun sebenarnya adalah hal yang wajar-wajar saja, bahkan sangat wajar.

               Sangat wajar kalau syahadat yang sudah dimengerti nilainya, serta peranannya dan hasil kerjanya. Yang aneh dan ajaib  justru kalau umat Islam tidak seperti itu, tidak punya kekuatan yang menentukan situasi dan kondisi.

               Upaya memantapkan kembali syahadat yang dikebiri sekian lama, bukan kerja ringan. Tetapi, kalu dimulai dari sekarang, apalagi kalau berhasil mengundang semua pihak turut memberi perhatian serius, kita yakin nantinya pasti membuahkan hasil yang dapat dinikmati bersama.

               Banyak yang telah dilakukan umat Islam selama ini, tidak bisa disangkal hasilnya, cukup berarti. Akan tetapi, ada semacam ratapan dibalik keberhasilan tersebut, posisi dan kadar kualitas umat terlalu jauh dari pada yang semestinya dapat dicapai di berbagai tempat di dunia ini.

               Karenanya, dengan tidak mengurangi arti amal usaha serta perjuangan umat Islam selama ini, kita coba sodorkan perhatian kepada sektor atau segi yang selama ini kurang menarik perhatian umat Islam sendiri.

               Paling tidak semacam ajakan kepada umat untuk kembali menilai ulang kondisi syahadatnya. Kita khawatir kalau saking lamanya tidak ada kontrol pemeriksaan, kondisi syahadat yang kita punyai sudah dalam keadaan yang sangat menyedihkan.

               Kalau kadar syahadat kita sudah tidak mampu lagi menyentakkan kita untuk segera bergegas pergi shalat pada saat azan kedengaran, sudah indikasi tidak validnya sang syahadat. Itu satu pertanda kalau syahadat itu punya kelainan, sudah sakit.

               Keadaan seperti ini sudah hampir merata di kalangan umat Islam, bahkan sesungguhnya sudah lebih parah dari pada yang kita bayangkan. Di antara mereka, bahkan mayoritas sudah sampai pada penilaian yang amat keliru terhadap Allah. Tidak heran kalau enak saja mereka lalaikan ketentuan-ketentuan Allah padahal mereka sebenarnya tahu.

               Mengkaji syahadat, berarti kampanye mengenalkan Allah kembali dalam kehidupan keseharian kita, sebagai faktor yang paling menentukan. Itu berarti upaya menempatkan Allah pada proporsi yang sebenarnya.

 

Bersambung.

Pagi Hari diiringi lantunan suara hafalan anak-anak SD.

Seri Kesepuluh - Pernyataan Menuntut Kenyataan -

Dalam beberapa ayat yang disebut aamanuu, teriring pula kata wa ‘amilush-shaalihat. Kenapa? Karena Islam bukan agama kebatinan yang cukup di...