Dunia
kini mengalami krisis moral yang terparah sepanjang sejarah perjalanan ummat
manusia. Hanya Islam yang dapat diharapkan menyelamatkan, inilah sebuah
dilemma. Pada saat Islam diharapkan mampu menyelamatkan krisis moral yang
terparah itu, justru disaat yang bersamaan Ummat Islam juga mengalami krisis
yang tidak kurang parahnya. Ibarat dokter yang diharapkan mengobati penyakit
pasiennya sementara dia sendiri juga sakit.
Sebagai rukun Islam yang pertama, syahadat mengawali
keabsahan keislaman seseorang. Jaminan seseorang pertama-tama diukur dari
syahadatnya. Bahkan, pengakuan keislaman seseorang harus dibuktikan
pertama-tama lewat atau dengan syahadat.
Yang mengherankan, selama ini kenapa posisi
syahadat yang begitu penting, strategis, prinsipil dan menentukan itu justru
paling jarang dibicarakan. Sehingga banyak orang Islam yagn betul-betuk tidak
mengerti syahadatnya.
Akibatnya, kebanyakan mereka secara subtansial
sesungguhnya belum pernah bersayahadat. Yang berarti belum melewati proses
keislaman yang benar. Atau paling tidak persyaratan awal belum dipenuhi untuk
dipenuhi sebagai Muslim.
Tidak mustahil beberapa kelemahan yang kita
lihat di lapangan sebagai peristiwa yang rasanya tidak mungkin terjadi pada
diri umat Islam, yang memiliki pedoman kerja serta contoh pelaksanaan,
justru itulah yang terjadi. Sementara
seyogyanya dimiliki justru itu yang kelihatannya sangat sulit untuk diwujudkan.
Mungkin saja ada factor lain yang menjadi
penyebab. Tetapi yang sudah pasti, factor kekeliruan dan kurangnya pemahaman
yang benar terhadap peranan dab posisi serta status dan fungsi syahadat adalah
biang masalah.
Bismillah, masih bersambung..